4.1 Hasil
Perlakuan
|
Priming
|
Ul
|
Perkecambahan (%)
|
Pertumbuhan kecambah (cm)
|
|||||
Hari ke-4
|
Hari ke 5
|
||||||||
N
|
BT
|
N
|
Ab
|
M
|
PA
|
TK
|
|||
Tanpa diusangkan
|
Kontrol
|
1
|
88
|
12
|
44
|
44
|
12
|
4,5
|
5,5
|
2
|
24
|
76
|
68
|
20
|
12
|
4,9
|
5,02
|
||
Air kelapa 50%
|
1
|
60
|
40
|
40
|
20
|
40
|
4,1
|
3,7
|
|
2
|
96
|
4
|
68
|
8
|
24
|
5,8
|
4,5
|
||
Air kelapa 100%
|
1
|
68
|
32
|
64
|
12
|
24
|
5,59
|
5,93
|
|
2
|
76
|
24
|
72
|
16
|
20
|
5,3
|
5,7
|
||
Diusangkan
|
Kontrol
|
1
|
0
|
100
|
0
|
28
|
72
|
0
|
0
|
2
|
0
|
100
|
0
|
44
|
56
|
0
|
0
|
||
Air kelapa 50%
|
1
|
20
|
80
|
24
|
4
|
72
|
7
|
11,5
|
|
2
|
24
|
76
|
56
|
4
|
40
|
2,5
|
10
|
||
Air kelapa 100%
|
1
|
40
|
60
|
4
|
36
|
6
|
2
|
3,5
|
|
2
|
20
|
60
|
4
|
20
|
76
|
6
|
2
|
Keterangan :
N : Normal; BT: Belum Tumbuh; Ab: Abnormal; M: mati;
PA: Panjang Akar; TK: Tinggi Kecambah.
4.2 Hasil
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu
secara berangsur-anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible)
akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran
benih beragam, baik antarjenis, antarvarietas, antarlot, bahkan antarindividu
dalam suatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan secara
menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih
(kemampuan benih berkecambah pada keadaan yang optimum) atau penurunan daya
kecambah. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan
penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan
pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim
yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman. Kemunduran benih adalah
mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di
dalam benih, baik fisik, fisiologi maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya
viabilitas benih. Proses pertumbuhan pada benih yang mengalami proses
kemunduran menurut JC. Delouche (1992) didalam Diarsiwi (2010) sebagai berikut:
benih mengalami kebocoran proses imbibisi akibat kerusakn membran yang menua,
proses biosintesis yang tidak berimbang yang menyebabkan proses katabolisme dan
anabolisme yang tidak singkron sehingga benih mengalami laju perkecambahan dan
perkembangan berkecambah lambat dan tidak seimbang. Benih yang telah menua akan
sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang dapat mengakibatkan kecambah
yang dihasilkan sangat jelek, tingginya persentase kecambah abnormal, dan benih
mati.
Benih
mempunyai batasan umur, artinya benih akan mengalami penuaan dan akhirnya mati.
Peristiwa penurunan kondisi benih disebut deteroriasi atau kemunduran benih.
Indikasi kemunduran benih ditandai dengan meningkatnya kandungan lipid peroksida
yang merusak integritas membran.Upaya meminimalkan peroksidasi lipid dapat
dilakukan melalui, modifikasi lipid, perlakuan tekanan oksigen, pemberian
antioksidan dan perlakuan hidrasi-dehidrasi (priming). Prinsip priming adalah
mengaktifkan sumber daya yang dimiliki benih (internal) ditambah dengan sumber
daya dari luar (eksternal) untuk memaksimumkan perbaikan pertumbuhan dari hasil
tanaman. Priming akan memberikan perbaikan fisiologi, antara lain benih akan
berkecambah lebih cepat dan serempak, serta dapat meningkatkan persentase
perkecambahannya Priming juga dikenal sebagai salah satu perlakuan invigorasi,
dapat dilakukan pada saat sebelum tanam (presowing treatment) untuk memperbaiki
kinerja tanaman di lapangan, sebelum penyimpanan (prestorage treatment) untuk
meningkatkan daya simpan dan kinerja lapang serta ditengah periode simpan
(midstorage treatment) untuk memperbaiki vigor, viabilitas dan produktivitas
(Zanzibar dan Safrudin, 2012).
Teknik
priming yang dapat dilakukan, yaitu menempatkan benih dalam udara lembab, media
lembab, dan larutan yang bertekanan osmotik rendah. Menempatkan benih diudara
lembab menghasilkan keseimbangan disekitar benih. Jika udara disekeliling benih
diganti dengan cara ventilasi maka akan tercapai keseimbangan baru dengan udara
yang mengelilingi benih. Pada teknik menempatkan benih dimedia lembab, bahan
yang dapat digunakan yaitu: serbuk gergaji, pasir, abu sekam padi, abu sekam,
jerami padi. Tujuan utama dari perlakuan menempatkan benih di media lembab
adalah mengatur penyerapan air benih secara perlahan, aktifitas metabolisme dan
proses perkecambahan dimulai tetapi tidak sempurna karena radikel tidak muncul.
Benih yang telah diberi perlakuan dikeringkan kembali sebelum digunakan dan akan
menunjukkan laju perkecambahan yang tinggi setelah diimbibisi kembali pada
kondisi normal maupun stres. Perlakuan ini memiliki fase imbibisi yang lebih
lama dibanding perlakuan perendaman saja. Fase imbibisi yang cepat seperti pada
perlakuan perendaman benih dapat menyebabkan rusaknya membran sel dikarenakan
masuknya air ke dalam benih yang terlalu cepat. Kecepatan berkecambah
berhubungan erat dengan vigor, benih yang kecepatan berkecambahnya tinggi,
tanaman yang dihasilkan cenderung lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang
sub optimum. Sedangkan perlakuan pada larutan yang bertekanan osmotik rendah
diantaranya PEG, KNO3,
mannitol, KH2PO4 dan beberapa jenis garam lainnya. Garam garam tersebut
memberikan tekanan osmotik dan dapat meningkatkan peran giberelin dan aukxin
dalam perkecambahan
benih. Tekanan ostmotik tersebut
menekan perkecambahan benih yang mengalami kemunduran. Dari hal tersebut, maka
dapat diketahui bahwa benih yang mengalami kemunduran akan dapat terpacu untuk
melakukan proses metabolismenya sehingga benih tersebut akan dapat berkecambah
secara cepat.
grafik 1 keserempakan berkecambah
Grafik 1 menunjukkan pada perlakuan benih yang tanpa
diusangkan dengan kontrol menghasilkan benih yang berkecambah yang tinggi pada
perlakuan 1 sedangkan benih yang berpelakuan 2 rendah, sedangkan pada benih
yang direndam dengan 50% air dan 50% air kelapa menghasilkan benih perlakuan 1
keserempakan berkecambah lebih rendah dari perlakuan 2, sedangkan pada benih
yang air kelapa keserempakan berkecambah antara benih perlakuan 1 dan 2
perbedaannya tidak terlalu berbeda. Sedangkan pada benih yang telah diusangkan padabenih
yang diperlakukan kontrol, tidak ada benih yang tumbuh, dikarena kan benih
telah mengalami kemunduran viabilitas. Sedangkan padabenih yang di pelakukan
50% air kelapa keserempakan berkecamabah lebih rendah dari pada benih yang
direndam 100%. Hal ini terjadi menurut Kristina dan Sitti
(2012), karena air kelapa mengandung ZPT
alami yang termasuk dalam golongan sitokinin. Air kelapa merupakan senyawa
organik yang sering digunakan dalam aplikasi teknik kultur jaringan. Hal ini
disebabkan air kelapa mengandung 1,3 diphenilurea, zeatin, zeatin gluoksida,
dan zeatin ribosida, dan harganya yang murah. Air kelapa merupakan air alami
steril mengandung kadar K dan Cl tinggi. Selain itu, air kelapa mengandung
sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
grafik 2 daya berkecambah benih
Pada
grafik 2 menjelaskan bahwa daya berkecambah benih yang di rendam 100% air kelapa
tanpa diusangkan memiliki nilai yang paling tinggi, sedangkan daya kecambah
yang paling rendah adalah benih yang diusangkan dengan kontrol. Hal ini
dikarenkan benih yang telah diusangkan mengakibatkan cadangan benih terus
menerus akan habis akibat proses respirasi benih. Sedangkan padabenih abnormal
banyak dihasilkan pada benih yang dihasil oleh benih yang dikontrol dan
diusangkan, sedangkan abnormal yang rendah pada benih diusangkan dengan
direndam air kelapa 50%. Hal ini juga terjadi pad benih yang mati pada benih
yang dikontrol dan diusangkan.
grafik 3 pertumbuhan kecambah
Pada garfik 3 menggambarkan pertumbuhan kecambah
diantaranya perumbuhan akar dan tinggi tanaman. Panjang akar yang terbaik
dihasilkan benih yang direndam 100% dan tanpa diusangkan sedangakan pada
pertumbuhan tinggi tanaman terbaik terjadi pada benih yang direndam dengan air
kelapa 50% dan diusangkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fanesa (2012), air
kelapa muda adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang mengandung sitokinin
serta diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan
praktikum yang telah dilakukan mengenai perlakuan priming pada benih yang telah
mengalami kemunduran didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Kemunduran benih adalah
mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di
dalam benih, baik fisik, fisiologi maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya
viabilitas benih.
2. Pertumbuhan
benih yang telah mengalami penurunan akan mengalami kebocoran proses imbibisi
akibat kerusakn membran yang menua, proses biosintesis yang tidak berimbang
yang menyebabkan proses katabolisme dan anabolisme yang tidak singkron sehingga
benih mengalami laju perkecambahan dan perkembangan berkecambah lambat dan
tidak seimbang.
3. Prinsip
priming adalah mengaktifkan sumber daya yang dimiliki benih (internal) ditambah
dengan sumber daya dari luar (eksternal) untuk memaksimumkan perbaikan
pertumbuhan dari hasil tanaman.
4. Teknik
priming yang dapat dilakukan antaranya penempatan benih di udara lembab dengan
cara vertilisasi, menempatkan di media lembab seperti jerami padi, dan
memberikan tekanan rendah osmotik.
5. Hasil
praktikum membuktikan pemberian air kelapa memberikan manfaat yang nyata bagi
kecepatan berkecambah, daya berkecambah dan pertumbuhan kecamabah.
0 komentar:
Posting Komentar