Perlakuan
|
Priming
|
Ul
|
Perkecambahan (%)
|
Pertumbuhan kecambah (cm)
|
|||||
Hari ke-4
|
Hari ke 5
|
||||||||
N
|
BT
|
N
|
Ab
|
M
|
PA
|
TK
|
|||
Tanpa diusangkan
|
Kontrol
|
1
|
88
|
12
|
44
|
44
|
12
|
4,5
|
5,5
|
2
|
24
|
76
|
68
|
20
|
12
|
4,9
|
5,02
|
||
Air kelapa 50%
|
1
|
60
|
40
|
40
|
20
|
40
|
4,1
|
3,7
|
|
2
|
96
|
4
|
68
|
8
|
24
|
5,8
|
4,5
|
||
Air kelapa 100%
|
1
|
68
|
32
|
64
|
12
|
24
|
5,59
|
5,93
|
|
2
|
76
|
24
|
72
|
16
|
20
|
5,3
|
5,7
|
||
Diusangkan
|
Kontrol
|
1
|
0
|
100
|
0
|
28
|
72
|
0
|
0
|
2
|
0
|
100
|
0
|
44
|
56
|
0
|
0
|
||
Air kelapa 50%
|
1
|
20
|
80
|
24
|
4
|
72
|
7
|
11,5
|
|
2
|
24
|
76
|
56
|
4
|
40
|
2,5
|
10
|
||
Air kelapa 100%
|
1
|
40
|
60
|
4
|
36
|
6
|
2
|
3,5
|
|
2
|
20
|
60
|
4
|
20
|
76
|
6
|
2
|
Senin, 16 November 2015
PENGARUH PERLAKUAN PRIMING PADA BENIH YANG TELAH MENGALAMI KEMUNDURAN
4.1 Hasil
Keterangan :
N : Normal; BT: Belum Tumbuh; Ab: Abnormal; M: mati;
PA: Panjang Akar; TK: Tinggi Kecambah.
4.2 Hasil
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu
secara berangsur-anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible)
akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran
benih beragam, baik antarjenis, antarvarietas, antarlot, bahkan antarindividu
dalam suatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan secara
menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih
(kemampuan benih berkecambah pada keadaan yang optimum) atau penurunan daya
kecambah. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan
penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan
pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim
yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman. Kemunduran benih adalah
mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di
dalam benih, baik fisik, fisiologi maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya
viabilitas benih. Proses pertumbuhan pada benih yang mengalami proses
kemunduran menurut JC. Delouche (1992) didalam Diarsiwi (2010) sebagai berikut:
benih mengalami kebocoran proses imbibisi akibat kerusakn membran yang menua,
proses biosintesis yang tidak berimbang yang menyebabkan proses katabolisme dan
anabolisme yang tidak singkron sehingga benih mengalami laju perkecambahan dan
perkembangan berkecambah lambat dan tidak seimbang. Benih yang telah menua akan
sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang dapat mengakibatkan kecambah
yang dihasilkan sangat jelek, tingginya persentase kecambah abnormal, dan benih
mati.
Benih
mempunyai batasan umur, artinya benih akan mengalami penuaan dan akhirnya mati.
Peristiwa penurunan kondisi benih disebut deteroriasi atau kemunduran benih.
Indikasi kemunduran benih ditandai dengan meningkatnya kandungan lipid peroksida
yang merusak integritas membran.Upaya meminimalkan peroksidasi lipid dapat
dilakukan melalui, modifikasi lipid, perlakuan tekanan oksigen, pemberian
antioksidan dan perlakuan hidrasi-dehidrasi (priming). Prinsip priming adalah
mengaktifkan sumber daya yang dimiliki benih (internal) ditambah dengan sumber
daya dari luar (eksternal) untuk memaksimumkan perbaikan pertumbuhan dari hasil
tanaman. Priming akan memberikan perbaikan fisiologi, antara lain benih akan
berkecambah lebih cepat dan serempak, serta dapat meningkatkan persentase
perkecambahannya Priming juga dikenal sebagai salah satu perlakuan invigorasi,
dapat dilakukan pada saat sebelum tanam (presowing treatment) untuk memperbaiki
kinerja tanaman di lapangan, sebelum penyimpanan (prestorage treatment) untuk
meningkatkan daya simpan dan kinerja lapang serta ditengah periode simpan
(midstorage treatment) untuk memperbaiki vigor, viabilitas dan produktivitas
(Zanzibar dan Safrudin, 2012).
Teknik
priming yang dapat dilakukan, yaitu menempatkan benih dalam udara lembab, media
lembab, dan larutan yang bertekanan osmotik rendah. Menempatkan benih diudara
lembab menghasilkan keseimbangan disekitar benih. Jika udara disekeliling benih
diganti dengan cara ventilasi maka akan tercapai keseimbangan baru dengan udara
yang mengelilingi benih. Pada teknik menempatkan benih dimedia lembab, bahan
yang dapat digunakan yaitu: serbuk gergaji, pasir, abu sekam padi, abu sekam,
jerami padi. Tujuan utama dari perlakuan menempatkan benih di media lembab
adalah mengatur penyerapan air benih secara perlahan, aktifitas metabolisme dan
proses perkecambahan dimulai tetapi tidak sempurna karena radikel tidak muncul.
Benih yang telah diberi perlakuan dikeringkan kembali sebelum digunakan dan akan
menunjukkan laju perkecambahan yang tinggi setelah diimbibisi kembali pada
kondisi normal maupun stres. Perlakuan ini memiliki fase imbibisi yang lebih
lama dibanding perlakuan perendaman saja. Fase imbibisi yang cepat seperti pada
perlakuan perendaman benih dapat menyebabkan rusaknya membran sel dikarenakan
masuknya air ke dalam benih yang terlalu cepat. Kecepatan berkecambah
berhubungan erat dengan vigor, benih yang kecepatan berkecambahnya tinggi,
tanaman yang dihasilkan cenderung lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang
sub optimum. Sedangkan perlakuan pada larutan yang bertekanan osmotik rendah
diantaranya PEG, KNO3,
mannitol, KH2PO4 dan beberapa jenis garam lainnya. Garam garam tersebut
memberikan tekanan osmotik dan dapat meningkatkan peran giberelin dan aukxin
dalam perkecambahan
benih. Tekanan ostmotik tersebut
menekan perkecambahan benih yang mengalami kemunduran. Dari hal tersebut, maka
dapat diketahui bahwa benih yang mengalami kemunduran akan dapat terpacu untuk
melakukan proses metabolismenya sehingga benih tersebut akan dapat berkecambah
secara cepat.
grafik 1 keserempakan berkecambah
Grafik 1 menunjukkan pada perlakuan benih yang tanpa
diusangkan dengan kontrol menghasilkan benih yang berkecambah yang tinggi pada
perlakuan 1 sedangkan benih yang berpelakuan 2 rendah, sedangkan pada benih
yang direndam dengan 50% air dan 50% air kelapa menghasilkan benih perlakuan 1
keserempakan berkecambah lebih rendah dari perlakuan 2, sedangkan pada benih
yang air kelapa keserempakan berkecambah antara benih perlakuan 1 dan 2
perbedaannya tidak terlalu berbeda. Sedangkan pada benih yang telah diusangkan padabenih
yang diperlakukan kontrol, tidak ada benih yang tumbuh, dikarena kan benih
telah mengalami kemunduran viabilitas. Sedangkan padabenih yang di pelakukan
50% air kelapa keserempakan berkecamabah lebih rendah dari pada benih yang
direndam 100%. Hal ini terjadi menurut Kristina dan Sitti
(2012), karena air kelapa mengandung ZPT
alami yang termasuk dalam golongan sitokinin. Air kelapa merupakan senyawa
organik yang sering digunakan dalam aplikasi teknik kultur jaringan. Hal ini
disebabkan air kelapa mengandung 1,3 diphenilurea, zeatin, zeatin gluoksida,
dan zeatin ribosida, dan harganya yang murah. Air kelapa merupakan air alami
steril mengandung kadar K dan Cl tinggi. Selain itu, air kelapa mengandung
sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
grafik 2 daya berkecambah benih
Pada
grafik 2 menjelaskan bahwa daya berkecambah benih yang di rendam 100% air kelapa
tanpa diusangkan memiliki nilai yang paling tinggi, sedangkan daya kecambah
yang paling rendah adalah benih yang diusangkan dengan kontrol. Hal ini
dikarenkan benih yang telah diusangkan mengakibatkan cadangan benih terus
menerus akan habis akibat proses respirasi benih. Sedangkan padabenih abnormal
banyak dihasilkan pada benih yang dihasil oleh benih yang dikontrol dan
diusangkan, sedangkan abnormal yang rendah pada benih diusangkan dengan
direndam air kelapa 50%. Hal ini juga terjadi pad benih yang mati pada benih
yang dikontrol dan diusangkan.
grafik 3 pertumbuhan kecambah
Pada garfik 3 menggambarkan pertumbuhan kecambah
diantaranya perumbuhan akar dan tinggi tanaman. Panjang akar yang terbaik
dihasilkan benih yang direndam 100% dan tanpa diusangkan sedangakan pada
pertumbuhan tinggi tanaman terbaik terjadi pada benih yang direndam dengan air
kelapa 50% dan diusangkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fanesa (2012), air
kelapa muda adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang mengandung sitokinin
serta diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
PENGARUH WAKTU PANEN TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU BENIH
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil
Tabel 4.2.1 Hasil
Pengamatan Kondisi Fisik Benih Berdasarkan Waktu Panen
Perlakuan Umur
Panen
|
Kondisi Fisik
|
Kacang Panjang hijau
|
Berukuran kecil, berwarna hijau muda, Bertekstur lembek
|
Kacang Panjang Kuning
|
Berukuran besar dan sedang, berwarna kuning dan merah, bertekstur lunak
|
Cabai Merah
|
Berukuran kecil dan seragam, berwarna kuning segar dan kuning pucat,
berbentuk pipih, keras dan licin
|
Cabai Hijau
|
Berukuran kecil, warna hijau, kulit halus dan keras, benihnya kecil,
putih-kuning
|
Tomat Merah
|
Berukuran kecil, Warna kuning, pucat
atau segar, bentuk pipih dan licin
|
Tomat Hijau
|
Berukuran kecil, berwarna hijau dan bertekstur lunak
|
Tabel 4.2.2 Hasil Pengamatan Pengujian Kemurnian
Benih Dilakukan dengan Setengah Contoh Kerja
Perlakuan
Umur Panen
|
Ul
|
Rendemen
Benih (%)
|
Perkecambahan Hari ke-4 (%)
|
Perkecambahan Hari ke-6 (%)
|
|||
N
|
BT
|
N
|
AB
|
M
|
|||
Kacang
Panjang Hijau
|
1
|
13,74%
|
0%
|
100%
|
12%
|
4%
|
84%
|
2
|
10,84%
|
0%
|
100%
|
8%
|
4%
|
88%
|
|
3
|
26,63%
|
0%
|
100%
|
0%
|
0%
|
100%
|
|
Kacang
Panjang Kuning
|
1
|
61,97%
|
24%
|
76%
|
68%
|
20%
|
72%
|
2
|
43,71%
|
0%
|
100%
|
0%
|
4%
|
96%
|
|
3
|
30,81%
|
32%
|
68%
|
32%
|
0%
|
68%
|
|
Cabai
Merah
|
1
|
16,14%
|
16%
|
84%
|
28%
|
4%
|
68%
|
2
|
19,41%
|
4%
|
9,6%
|
0%
|
16%
|
84%
|
|
3
|
14,68%
|
32%
|
68%
|
44%
|
28%
|
28%
|
|
Cabai
Hijau
|
1
|
18,32%
|
0%
|
100%
|
0%
|
0%
|
100%
|
2
|
20,65%
|
0%
|
100%
|
0%
|
0%
|
100%
|
|
3
|
26,12%
|
0%
|
100%
|
0%
|
0%
|
100%
|
|
Tomat
Merah
|
1
|
3,71%
|
0%
|
100%
|
0%
|
16%
|
84%
|
2
|
4,15%
|
0%
|
100%
|
0%
|
26%
|
72%
|
|
3
|
3,32%
|
12%
|
88%
|
20%
|
20%
|
60%
|
|
Tomat
Hijau
|
1
|
5,77%
|
12%
|
88%
|
40%
|
8%
|
52%
|
2
|
9,47%
|
84%
|
36%
|
80%
|
8%
|
12%
|
|
3
|
12,50%
|
4%
|
96%
|
56%
|
8%
|
36%
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini menggunakan 3 macam komoditas namun
berbeda pada masak fisiologis. Komditi pertama yaitu kacang panjang hijau yang
memiliki kondisi fisik benih yang berukuran kecil, berwarna hijau muda, dan
bertekstur lembek,sedangkan pada kacang hijau kuning memiliki ukuran yang besar
dan sedang,berwarna kuning dan merah dan bertekstur lunak. Komoditas kedua yang
digunakan dipraktikan adalah cabai hijau dan cabai merah. Kondisi benih cabai
merah memiliki ukuran yang kecil, warna hijau, kulit halus dan keras,
benihnya kecil, putih-kuning sedangkan benih cabai yang masih berwarna hijau
memiliki ukuran benih yang kecil, warna hijau, kulit halus dan keras, benihnya
kecil, putih-kuning. Pada komoditas ke tiga adalah buah tomat yang berwarna
merah memiliki ukuran yang kecil, Warna kuning, pucat atau segar, bentuk pipih dan licin seedangkan
benih tomat hijau memiliki biji berukuran kecil, berwarna hijau dan bertekstur
lunak. Sehingga dapat disimpulkan benih yang bersal dari buah yang berwarna
hijau pada umumnya memiliki ukuran yang kecil berwarna hijau muda, dan
bertekstur lemberk sedangkan benh yang bersal dari buah yang berwarna kuning
atau merah memiliki benih yang berukuran besar, berbentuk pipih, keras dan
licin. Hal ini menurut Utomo (2007)didalam Hasanudin et al., (2012) menyatakan benih yang belum masak panen memiliki
warna kulit hijau tua, warna kecoklatan terlihat dari ujung biji, sedikit lebih
tua, ukuran relatif samaantara satu dengan yang lain, sedangkan benih telah
masuk waktu panen memiliki benih yang berukuran besarr, memiliki warna kulit
kecoklatan, biji berwarna hitam, kulit buah tidak keras, mudah dibuka dengan
tangan.
Grafik 1 Rata rata rendemen benih
Pada grafik 1 terlihat buah yang menghasikan benih yang
paling baik ialah kacang panjang kuning memiliki rendemen yang paling tinggi.
Benih kacang panjang kuning merupakan benih yang telah masak penen. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri et al.,(2012), faktor yang mempengaruhi rendemen benih adalah factor faktor teknis seperti
ketepatan waktu pengunduhan. Keterlambatan pengunduhan mengakibatkan buah pecah dan benih
rontok sebelum diunduh.Hal inilah yang menyebabkan rendahnya rendemen benih.
grafik 2 daya berkecambah benih
Grafik 2 menunjukkan tomat merah memiliki keceptan berkecambah yang
baik. Sedangkan grafik 4 menunjukkan benih yang memiliki daya berkecambah benih
paling baik adalah benih cabai merah. Hal ini menunjukkan pada buah yang
memiliki warna merah menghasilkan benih yang memiliki mutu yang paling baik. Peristiwa ini
dikarnakan benih yang memiliki warna merah menunjukkan buah tersebut telah
masuk masak panen. Hal ini didukung dari penelitian yang dilakukan oleh
Murrinie et al., (2012) yang
menunjukkan bahwa mutu benih akan semakin meningkat dengan bertambahnya umur
buah, kandungan protein dan pati semakin meningkat, dengan meningkatnya umur
buah maka akan meningkatkan cadangan makann yang berfungsi dalam proses
berkecambahan samapai benih dapat mensintesis makanannya sendiri.